Minggu, 01 Januari 2012

Kapan Pulang? Oleh-oleh ya..

Ini dia momen yang paling bikin saya pengen lompat dari balkon. Saya tau itu karena mereka sudah sedemikian kangennya dengan saya, atau mungkin sekedar basa-basi, atau bermakna tendensi di belakangnya, tapi yang jelas saya paling ga suka kalau pembicaraan sudah sampai pada "KAPAN PULANG?"

Alih-alih berpesan "ati-ati di jalan ya!" atau "jangan sedih ya, kami semua merindukan dan menunggumu sampai dengan selamat disini", pertanyaan "KAPAN PULANG" ini hanya berakhir pada sedih yang tak berujung bagi saya. Selama ini, yang sebagian besar orang lihat adalah bagaimana saya seolah-olah hidup mewah bergelimang yen disini. Yes, I am. Tapi tahukah bahwa saya juga harus bertanggung jawab dalam penggunaan yen demi yen itu dengan bijak? Biayain makan dan keperluan harian, harus bayar ini itu dan sebagainya? NO! I guess, you are not!



KAPAN PULANG??!! (gambar dari sini)


Pulang..pulang..pulang..PULANG!! Memikirkan satu kata itu cukup membuat saya stres belakangan ini. Alasan adalah karena di saat teman-teman mulai betah dengan pekerjaannya, di saat teman-teman tumbuh menjadi pribadi yang mandiri, saat undangan nikahan bertebaran di mana-mana *berikut foto-foto pre dan post weddingnya, dan beberapa bayi mungil pun mulai menjadi profil picture mereka di facebook, saya [masih] disini.


STOP! 
Jangan bilang saya kurang bersyukur. Senang, bangga, bersyukur, jelas! Tapi saya pikir wajar kalau saya mulai khawatir akan keberlanjutan hari-hari saya sepulang dari sini. Dan justru di saat saya sedang dalam situasi yang amat sangat sungguh rumit itu, tiba-tiba serentetan message dan wall tiba-tiba bertengger di FB, nitip barang khas Jepang ini itu. Well, satu hal yang harus Saudara-saudara sekalian ketahui, bahwa di saat Anda memutuskan dan mengatakan Anda minta tolong dibelikan barang A dan B, ada 20 orang di saat yang sama memikirkan atau mengatakan hal yang sama pula. Jadi bagaimana menurut anda menyikapi posisi saya sekarang ini?

Ada beberapa hal yang mungkin perlu saya jelaskan untuk urusan titip-titipan barang ini:


Pasal 1: Saya hanya mahasiswa, yang kadang masih bertahan dengan makan nasi telur >__<
Pasal 2: Jatah bagasi saya cuma 20kg, bukan 50kg semacam saya pergi pindahan kos.

Pasal 3: Saya tak berniat buka toko Suvenir khas Jepang setibanya di rumah.
Pasal 4: Tidak ada istilah "barang murah" di Jepang*


*meski sudah ada konversi dunia, 3,5 juta rupiahmu disini hanya akan dihargai 19ribu yen. Yang artinya? dengan 3,5 juta yang menjadi 19.000 yen itu, hanya cukup untuk bayar sewa dorm dan asuransi kesehatan 1 bulan (11.700yen), dan bayar kartu bis 1 bulan (7000yen)!! 


Maka, dengan melihat, menimbang, dan memahami 4 point penting di atas, dimohon dengan sangat kepada segenap sanak keluarga dan sahabat-sahabat sekalian untuk bisa memaklumi kondisi saya. Bagi rekan-rekan yang sudah berbaik hati, titip untuk dibelikan barang dan bersedia menerima syarat kondisi pengiriman beserta ongkirnya, terimakasih sudah mau memahami posisi saya..

Soooo, buat yang sering inbox saya, *padahal seumur saya punya facebook aja ga pernah nyapa. Buat yang di bulan kesekian saya di Jepang masih saja bertanya:
"sekarang lagi dimana? Di Jepang ya? Wah kereeen!" etc, hingga berujung pada:
"eh, boleh nitip ini ga? Nanti sampe Indo tak ganti deh!" #default, saya tegaskan sekali lagi, saya PELAJAR, bukan menjadi WHOLESALER PRODUK [asli] JEPANG. Saya sayang kalian semua, saya mau berguna buat kalian meski sebelumnya kadang kalian ga pernah menganggap saya ada, tapi apa daya, saya hanya mahasiswa biasa.

Bukan hanya saya lho, yang mengalami dilema seperti ini. Jadi kapan kalian berhenti dan memaklumi kondisi saya sekarang ini?


EmoticonEmoticon